Minggu, 31 Maret 2013

TEORI BELAJAR | guru les smp sma sd ke rumah | guru les matematika fisika kimia



GURU LES SMP KE RUMAH, GURU LES SMA KE RUMAH, GURU LES SD KE RUMAH DI JAKARTA


Teori Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam perkerjaan, sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana gaya belajar kita. Ada dua kategori utama yang telah disepakati oleh para ahli tentang bagaimana kita belajar. Pertama¸bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). (Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, 2004:110 dikutip oleh padepokan-ilmu.co.cc: 2010).
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar(diserap secara abstrak dan konkret).
Menurut Grasha dan Reichman dalam bukunya A Gafur yang berjudul Desain Instruksional disebutkan ada 6 macam gaya belajar yakni:
a. Gaya belajar Competitive ( bersaing )
Siswa yang mempunyai gaya belajar demikian dalam mempelajari suatu pelajaran selalu ditujukan kearah pencapaian prestasi agar lebih baik dari teman yang lain. Mereka merasa harus berkompetisi dengan siswa lain untuk mendapatkan rewards (hadiah) misalnya berupa nilai, perhatian dan kejuaraan. Mereka memandang kelas sebagai arena kompetisi dimana mereka harus menang. Dengan demikian tipe gaya belajar ini pada prinsipnya Siswa berkeinginan untuk berprestasi terbaik, diperhatikan, mendapat pujian dan hadiah.
b. Gaya belajar Collaborative (bekerja sama)
Siswa yang mempunyai gaya belajar ini selalu merasa bahwa mereka akan lebih banyak berhasil bila saling tukar pikiran. Mereka senang bekerja sama dengan guru, teman sekelasnya, tutor, asisten dan sebagainya. Mereka memandang kelas itu sebagai arena untuk berinteraksi sosial dan sekaligus sebagai arena belajar bersama. Jadi siswa tipe gaya belajar ini akan berhasil jika saling kerja sama, baik sesama teman maupun dengan guru.
c. Gaya belajar Avoident ( menghindar/menyendiri )
Siswa tipe ini tak tertarik mempelajari perkuliahan di dalam kelas secara tradisional. Mereka tidak suka berpartisipasi aktif dengan teman sekelasnya maupun guru. Mereka tak tertarik bahkan merasakan sebagai beban menghadapi hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Jadi gaya belajar tipe ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : tak aktif di kelas, acuh dengan perkuliahan biasa, menghadapi hal—hal yang terjadi di kelas dianggap sebabagai beban, senang menyendiri.
d. Gaya belajar Partisipant ( berpartisipasi )
Tipe gaya belajar ini mempunyai karakteristik bahwa mereka senang mengikuti pelajaran di dalam kelas. Mereka merasa bertanggungjawab dan berpartisipasi aktif mengerjakan tugas yang diberikan. Mereka harus ambil bagian sebanyak-banyaknya dalam setiap kegiatan yang ada hubungannya dengan pelajaran, tetapi sedikit tidak ambil bagian terhadap kegiatan yang tidak merupakan bagian dari pelajaran.
Sehingga Siswa yang mempunyai tipe gaya belajar partisipant ini ciri-cirinya adalah: bahwa Siswa aktif di dalam kelas, selalu masuk kelas, selalu mengerjakan tugas-tugas, ikut ambil bagian sebanyak -banyaknya ,acuh terhadap kegiatan di luar kelas.
e. Gaya belajar Dependent ( menggantungkan diri )
Gaya belajar ini ditandai oleh sifat-sifat siswa yang hanya sedikit menujukkan semangat ingin tahu, mereka hanya mau mempelajari apa yang diperintahkan oleh Guru, selalu ingin diberi tahu mengenai apa yang harus dipelajari dan dikerjakan, memandang guru sebagai satu—satunya sumber dan pendorong belajar, menyukai guru yang selalu memberi rangkuman materi pelajaran, bila memberi tugas juga memberikan batas waktu yang tegas kapan tugas harus diselesaikan.
Sehingga siswa yang mempunyai tipe gaya belajar seperti ini ciri-cirinya adalah: semangat ingin tahu rendah, belajar sebatas yang diperintahkan guru, selalu ingin diberi tahu mana yang harus dipelajari, guru dianggap sebagai sumber satu-satunya, senang kepada guru yang selalu menuliskan outline perkuliahan dan memberi tugas dengan batas waktu yang tertentu.
f. Gaya belajar Independent (mandiri)
Siswa yang mempunyai gaya belajar tipe ini ditandai oleh sifat-sifat suka berfikir untuk kemajuan diri sendiri, belajar sesuai dengan kecepatan dan kesempatan diri sendiri, suka memperhatikan pendapat orang lain dalam kelas. Mereka suka mempelajari materi yang mereka pandang penting, dan mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk dapat belajar.
Perbuatan belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Sedangkan gaya belajar termasuk faktor intern, dimana dapat mempengaruhi dalam perbuatan belajar.
Michael Grinder pengarang Righting the Education Conveyor Belt, telah mengajarkan gaya-gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. Dari penelitiannya, menurut Michael Grinder terdapat beberapa cara belajar yang paling efektif diantaranya adalah :
1. Gaya belajar Visual
2. Gaya belajar auditorial
3. Gaya belajar Kinestetik
· Gaya Belajar Visual
Visual menurut Kamus Bahasa Indonesia yang berarti dapat dilihat dengan mata. Berarti gaya belajar visual merupakan gaya belajar dengan cara melihat.
Karakteristik gaya belajar visual ini berhubungan dengan visualitas. Pertama, adalah kebutuhan melihat sesuatu baik informasi maupun pelajaran secara visual, lalu memerhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan, dan yang terakhir adalah anak akan lebih mudah mengingat jika dibantu gambar, serta lebih suka membaca daripada dibacakan (ISTPI Online 23 11 2008).
Orang-orang visual lebih suka membaca makalah dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan pembicara di papan tulis. Mereka juga membuat catatan-catatan yang sangat baik dalam aktivitas bergerak dan interaksi kelompok. Bobbi de porter & mike hernack (2005) hal: 114).
Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar siswa paham. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum ia memahaminya.
Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, (2005:116) ciri – ciri siswa dengan gaya belajar visual adalah :
1. Rapi dan teratur
2. Berbicara dengan cepat
3. Perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik
4. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi
5. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
6. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.
7. Mengingat dengan asosiasi visual.
8. Biasanya tidak terganggu oleh keributan.
9. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya
10. Pembaca cepat dan tekun.
11. Lebih suka membaca daripada dibacakan.
12. Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.
13. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat.
14. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.
15. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak.
16. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.
17. Lebih suka seni daripada musik.
Siswa dengan gaya belajar Visual biasanya mudah untuk menerima informasi atau pelajaran dengan viaualisasi dalam bentuk gambar, tabel, diagram, grafik, peta pikiran, goresaan, atau smbol-simbol. (nurulfikri.sch.id: 2011)
Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan, sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Pertama adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar, catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar visual adalah cenderung memproses informasi melalui mata atau indra penglihatan dan orang visual ini belajar dengan cara melihat

Jumat, 29 Maret 2013

7 strategi belajar belajar menyenangkan -> guru les sd smp sma ke rumah


Bosen nih. Kayaknya Dunia Pendidikan Indonesia kok masih aja diributin sama-sama hal yang menurut saya sih sepele. Dari sebelum sampe sesudah, Ujian Nasional masih aja berpolemik. Padahal masih banyak hal lain yang bisa kita kedepankan selain masalah itu, salah satunya:belajar.

Ya! Belajar itu memiliki makna yang luas. Bahkan keseluruhan hidup kita ini adalah belajar. Kita melakukan sesuatu >> mengevaluasinya >> menjadi lebih baik. Tetapi saya akan sedikit mempersimpitnya menjadi belajar dengan 'sadar'. Maksud saya bukan belajar berdasarkan pengalaman, tetapi belajar yang secara sadar kita usahakan untuk menambah wawasan dan keterampilan.

Tetapi terkadang belajar 'sadar' itu dilakukan dengan keterpaksaan dan tanpa melibatkan hati. Belajar jadi terkesan membosankan. Emang belajar tidak menyenangkan yah? Bisa kok. Nih saya beri tahu 7 strateginya:

1. Cari Sisi Menariknya
Setiap pelajaran pasti memiliki sisi menariknya bagi anda. Entah dimana, letaknya bagi setiap orang pasti berbeda-beda. Mulailah belajar dari bagian yang anda anggap menarik. Karena langkah awal sangatlah menentukan. Seperti saya yang langsung 'bete' dengan kimia ketika ulangan harian pertama saya mendapat nilai sangat jelek. Buatlah kesan pertama belajar anda menyenangkan, maka setelahnya akan lebih mudah.


2. Hubungkan dengan Hobi
Setiap orang pasti punya hobi. Aktivitas yang membuat anda senang bahkan anda anggap sebagai hiburan. Nah... Kuncinya adalah bagaimana anda membuat hobi anda sebagai sarana belajar. Anda bisa menonton film dengan subtitle bahasa Inggris, membaca majalah berbahasa inggris, diskusi online di forum atau facebook, jalan-jalan sambil memperhatikan tingkah manusia dan menghubungkannya dengan teori-teori psikologi dan sosiologi, dll. Jadikan menjadi hiburan yang mendidik atau pendidikan yang menghibur.

3. Jadikan Sebagai Syarat Menggapai Cita-Cita
Cita-cita itu seperti pom bensin. Dia akan mengisi tangki motivasi ketika anda mulai lelah dan tak bersemangat. Kekuatan cita-cita juga akan membuat anda berusaha memenuhi segala syarat untuk menggapainya. Anda pasti akan lebih bersemangat belajar matematika dan ekonomi ketika anda telah memantapkan hati untuk menjadi ekonom. Ketika anda melakukannya, hati anda akan berkata, "Aku harus menguasai ... jika ingin menjadi ..."

4. Cari Sumber Lain
Belajar dengan sumber yang sudah ditentukan biasanya membosankan. Karena selera itu tidak bisa diseragamkan. Untuk itu, sebagai pembelajar anda harus mandiri, mencari sumber lain sendiri. Kalau saya sih paling enak googling, apalagi yang sumbernya dariblog. Biasanya mereka tuh punya opini yang kritis dan melawan arus kemapanan. Dengan mencari sendiri sumber belajar, itu menjamin bahwa anda benar-benar mau belajar.

5. Indentifikasi Role Model
Role model atau panutan memiliki fungsi yang hampir sama dengan cita-cita. Tapi ia orientasinya lebih ke orang. Sehingga karakteristik yang ingin dicapai bisa lebih jelas. Tidak harus menirunya 100%, karena beliau pun pasti punya kekurangan. Identifikasi kelebihan-kelebihannya dan bagaimana ia mencapainya. Role model akan membuat cita-cita anda menjadi lebih jelas dan konkret.


6. Cari Tempat Lain
Lingkungan pasti akan mempengaruhi individu. Yakinkan diri anda bahwa lingkungan anda sudah membangun atau setidaknya tidak menghambat aktvitas belajar anda. Pindahlah jika hal yang berlawanan yang terjadi. Carilah suasana baru seperti taman hijau yang sudah jarang anda kunjungi atau tempat nongkrong yang baru buka di ujung jalan sana. Membaca buku atau berselancar internetlah di sana. Tempat dan suasana baru bagai sebuah batere baru bagi mobil-mobilan yang membuatnya berlari lebih kencang.

7. Just Do It
Hal paling parah adalah ketika anda menunda-nunda belajar dengan alasan bosan. Berhenti sejenak tak apa, tapi jangan sampai membuat anda malas memulai lagi. Padahal hal yang menyenangkan terkadang tidak ada di depan, tetapi berada di tengah. Saya saja baru beberapa tahun ini merasakan betapa menyenangkannya belajar sejarah. Padahal dulu sangat tidak menyukainya. Lakukan saja, maka anda akan temukan betapa menyenangkannya hal yang anda pelajari.

Orang yang ingin belajar adalah orang ingin maju. Jangan sia-siakan waktu anda untuk berleha-leha hanya karena 'cap' membosankan yang tertempel di benak anda tentang belajar. Termasuk penyimpitan makna bahwa belajar itu haruslah di sekolah. Bahkan, waktu libur untuk siswa adalah waktu yang tepat untuk belajar. Belajar hal-hal yang di sekolah tidak dipelajari. Anda bisa pilih atau membuat aktivitas belajar anda sendiri:Belajar Menulis, Memasak, Membuat Mainan Anak-Anak, Menggambar, Membaca Quran, atau Sekadar Menambah Wawasan.

Salam Kreatif - Kritis,
Alfisyahrin


sumber : http://muhammadalfisyahrin.blogspot.com/2010/05/7-strategi-membuat-belajar-menjadi_06.html